Genetik Tak Lagi Menjamin Kecerdasan Anak

Sumber : www.kiatsehat.com

Banyak penelitian membuktikan bahwa musik membawa pengaruh dalam kehidupan manusia. Tak sekedar menghibur, musik dapat membawa pengaruh psikologis bagi manusia. Nada-nada yang terangkai dalam musik dapat membangkitkan semangat dan membantu proses penyembuhan. Tak hanya itu, penelitian juga mengungkapkan bahwa musik dapat berpengaruh terhadap kecerdasan anak.
Lupakan faktor genetik atau keturunan, karena memperdengarkan musik sejak janin dalam kandungan dapat mencerdaskan anak. Tapi tak semua musik terbukti mampu melakukan hal tersebut. Hanya musik klasik yang hingga saat ini disebut mampu memberikan stimulus untuk kecerdasan otak sejak janin dalam kandungan.
Menurut Dr. dr. Hermanto Tri Joewono, SpOG(K) saat ditemui di Rumah Sakit Spesialis Husada Utama Surabaya, mengatakan bahwa kombinasi suara yang terbaik adalah musik, dari berbagai macam jenis musik di dunia, hanya musik klasik yang terbaik. Penelitian telah membuktikan bahwa musik klasik yang optimal adalah milik komponis Mozart. Musik Mozart yang kaya frekuansi (5000 – 8000 Hz) dan nyaris tanpa nada minor ini ternyata dapat meningkatkan zat-zat di otak yang merangsang tumbuhnya sel-sel otak (BDNF, CREB dan Sinaps).

Meski mendengarkan musik dapat membuat anak cerdas, namun jangan melupakan peran nutrisi saat masa kehamilan. Kombinasi nutrisi yakni DHA dan AA dengan musik Mozart akan menyebabkan semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memiliki anak pintar. Orang tua biasapun punya kesempatan memiliki anak pintar. Selama ini orang mengira genetik merupakan 100 % faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak. Padahal genetik / keturunan hanya berpengaruh 30 % saja, sisanya 70 % adalah peran nutrisi dan rangsangan musik. “Efek optimal mendengarkan musik klasik adalah saat janin dalam kandungan, dan jumlah sel tidak akan bertambah setelah itu,” ujar dr. Hermanto.

Menurut dokter yang sedang melakukan penelitian untuk menghitung kenaikan jumlah sel otak setelah menerima rangsangan musik klasik ini, ibu hamil sebaiknya mendengarkan musik klasik mulai minggu ke-20, 1 jam sehari yakni saat malam hari sekitar pukul 22.00 – 23.00. Lagu pertama yang disarankan para ahli adalah komposisi Mozart K265 (twinkle-twinkle little star). Meski 90 % aktivitas janin dalam kandungan adalah tidur, janin akan terus belajar bahkan saat tidur.[Tik]

Upaya Memperbanyak ASI


Ekstrak daun katuk dikenal untuk memperbanyak asi. Tapi selain itu berdasarkan pengalaman, supaya asi kita cukup/banyak persediaannya ada sedikit tips yang mungkin bisa dicoba dan insyaallah bisa berguna bagi para ibu yang sedang menyusui seperti tersebut dibawah ini :
Sebelum dan sesudah menyusui minumlah susu ( terutama susu khusus ibu menyusui ) atau air putih sebanyak-banyaknya
Bangunlah dimalam hari ( sekitar pk. 1 keatas ) dan makanlah sedikit makanan terutama kacang-kacangan ( kacang kulit )
Pada saat menyusui, usahakan pikiran dan hati kita tenang dan gembira, tidak dalam keadaan sedih, khawatir ataupun marah karena hal tsb sangat mempengaruhi produksi asi itu sendiri.
Janganlah lupa untuk selalu membersihkan dan memassage payudara kita selepas dari bepergian terutama dari bepergian jauh.
banyak minum air putih
air rebusan kacang hijau
banyak makan kacang2an (segala jenis kacang)
banyak makan daun pepaya
banyak makan buah2an
jantung pisang
daun kemangi (ini kata prof. hembing)
daun katuk
jamu khusus untuk lancar asi, mendapatkan manfaat yg besar dari jamu ini, asi jadi tambah banyak.yg paling penting, si bayi harus sering2 menghisap, semakin sering ia
menghisap asi, semakin banyak produksi asi kita
dan yg terutama juga JANGAN STRESS, sedih, marah atau perasaan2 negatif
lainnya, krn menurut pengalaman, perasaan2 semacam itu akan mempengaruhiproduksi asi

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DALAM PROSES PERSALINAN
A.Proporsi cairan tubuh
BBL : 80 % bb
Anak : 70 % bb
Dewasa : 60 % bb
Usila : 40 –45 % bb
B.Distribusi cairan tubuh
Intra sel : 40 %
Extracell : interstitial 15% bb plasma (intra vaskuler) 5 %bb
Darah menyimpan panas 36 0 c
D.Fungsi cairan tubuh :
Pembentuk struktur tubuh
Sarana transportasi
Metabolisme sel
Pelarut elektrolit dan non elektrolit
Memeliharra suhu tubuh
D.Keseimbangan intake – output
Intake :
Ingestion
Jumlah tergantung dari usia,bb
Oxidasi sel kurang lebih 10 ml/100 ml yang dibakar
Output :
Iwl tergantung dari usia, bb dipengaruhi oleh :
Suhu tubuh
Kerja fisik
Kondisi atm
Urine :
1 – 2 ml/kgbb/jam atau pada orang dewasa kurang lebih 1000 – 1500 ml
E.Komposisi cairan :
Fungsi pelarut, reaksi kimia, metabolisme. Regulator : ADH, aldosteron1.Air :
2.Elektrolit :
Lebih banyak di extrasell, fungsi untuk mempertahankan isotonisitas cairan extrasell.Natrium :
memberikan lingkungan kimia listrik yang pentingNatrium dan kalium : untuk kontraksi otot dan transmisi impuls saraf. Regulator : aldosteron
Chlorida (cl) :
Berperan sebagai electron netral diluar intracell
>> pada cairan lambung dan keringat
Fungsi mengatur keseimbangan asam basa
Regulator : faktor yang mempengaruhi konsentrasi plasma
Kalium dan Phospor (ca & p ) :
Kalium : >> Untuk pembekuan darah, metabolismepada tulang tulang, kontraksi otot dan transmisi impuls saraf & Menentukan permeabilitas membran sel
Phospor :
berperan dalam pembekuan tulang, komponen ATP, sebagai buffer dalam mempertahankan keseimbangan asam basa intrasell.Phospor :
3.Non elektrolit
Glikosa dan fruktosa
Ureum kreatinin
Protein
PERGERAKAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1.Antara plasma – interstitial
Dipengaruhi oleh :
Permeabilitas membran sel
Tekanan hydrostatik kapiler
Tekanan osmotic koloid
Mekanisme transport :
Difusi
Osmosa
2.Antara interstitial – intrasell
Mekanisme transport:
Simple difusi: O2, CO2, Cl, alkohol.
Facilitated difusi : glukosa
Transport aktif : Na,K
Osmosa
KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN :
1.Hypervolemia ( peningkatan volume cairan )
Terjadi oleh karena :
Peningkatan intake —- infus >> , psychotic drinking episode
Penurunan output —- renal failure, chd, ketidakseimbangan endokrin, penggunaan obat-obat steroid.
Tanda dan gejala :
Peningkatan plasma :
Dilusi protein bermol besar, RBC —- penurunan konsentrasi protein plasma, penurunan HCT.
Peningkatan tekanan darah, distensi vena jugularis, overload sirkulasi.
Peningkatan cairan interstitial —- edema, peningkatan bb, peningkatan turgor kulit, bengkak pada kelopak mata.
Edema paru :
Batuk-batuk dg dahak berbusa, bercak darah
Dyspnea Asites : dyspnea
2.Hypovolemia (penurunan volume cairan)
Terjadi oleh karena :
Peningkatan output : >>> perspitasi, drainage pada luka bakar, abses, diare, muntah-muntah, gastric —- suction.
Hemorrhagic
Diabetes insipidus
Penurunan intake —- ketidakseimbangan elektrolit
Tanda dan gejala :
Penurunan plasma : peningkatan konsentrasi plasma protein, peningkatan hct (kecepatan pada hemorrhagic); penurunan tekanan darah —- penurunan cardiac output —- diuresis menurun dan kolaps pembuluh darah superficial —- kulit dingin dan berkeringat.
Penurunan cairan interstitial —- penurunan turgor kulit, mukosa membran kering, mata cekung, penurunan bb, peningkatan temp.
KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Ketidakseimbangan isotonis —- perubahan volume cairan extracell yang disertai dengan perubahan elektrolit secara proporsional isotonic Tidak terjadi sel edema / keriputdengan cairan intracell
Penyebab :
Peningkatan —- >>> infus nacl 0,9 %, hypersekresi aldosteron; peningkatan volume cairan keseimbangan peningkatan dengan jumlah natrium
Penurunan —- kehilangan cairan yg mengandung natrium secara proporsional —- perdarahan, >>> respirasi drainage luka
Ketidakseimbangan Natrium :
Terjadi oleh karena :
Peningkatan/penurunan natrium, volume cairan tetap.
Natrium tetap, penurunan/penungkatan volume cairan
Hyponatremi
Oleh karena :
Penurunan ointake natrium
Peningkatan output natrium
>> cairan hypotonis
Enema dengan air kran
Penurunan output cairan
Sekresi adh oleh karena stress, cancer, cerebral disorder, pain, trauma surgical, penggunaan morphin/obat anestesi.
Konsentrasi Na extracell menurun
Cairan extracell —– intracell —-cell edema
Edema cell otak —- neural symptom
Twitching
Hyper irritable
Disorientasi
Convulsi
Coma
Edema tempat lain —-lemah, anorexia, nausea, vomiting, abdominal cramp, diarhe.
Hypernatremi
Oleh karena :
Peningkatan intake natrium
Penurunan volume darah —- sulit menelan,gangguan rasa haus, penurunan air di lingkungan, diabetes insipidus, >> perpitasi.
Konsentrasi cairan extracell meningkat
Cairan intracell —- extracell —- cell keriput, rasa haus.
Keriput sel otak —- tampak ketakutan, gelisah, koma.
Keriput sel lain —- kulit kering,mukosa membran kering, mata cekung, lidah beralur jelas.
Tanda dan gejala lain pada :
Hyponatremi
Hypernatremi
—- tergantung pada penyebab.
Hypokalemia
Penurunan kalium extracell oleh karena :
Penurunan intake kalium
Peningkatan output kalium : gastrointestinal losses — diare, >>> urine, peningkatan sekresi aldosteron, alkalosis.
Penurunan respon otot terhadap rangsang saraf
Gangguan pada otot polos git —- distensi abdomen, vomiting, illeus paralitic.
Penurunan tonus vaskuler —- hypotensi
Gangguan pada otot rangka —- pernafasan dangkal, kelemahan otot-otot.
Gangguan pada otot jantung —- arrytmia —- heart block, perubahan ekg ( st segment depresi) flattenea t wave,.peningkatan sensitivitas terhadap digitalis.
Alkalosis
Hyperkalemia > 6 mg
Peningkatan k extracell oleh karena :
Peningkatan intake k : >> infus, transfsi.
Penurunan output k : renal failure, addison’s disease, aldosteron inhibiting drugs (aldactone).
Shift of K Out of intracell : asidosis, luka bakar, crushing injuries, hypoxia selluler.
Peningkatan respon otot terhadap rangsang saraf
Penurunan kekuatan kontraksi otot.
Gangguan pada otot rangka —- kelemahan otot pernafasan dangkal
Gangguan pada otot jantung : penurunan kekuatan kontraksi, —- dilatasi dan flaccidity —- penurunan rate jantung / stop, peningkatan respon terhadap rangsang saraf —- arrytmia ( ventrikel fibrilasi )
Hypokalsemia —- penurunan ca extracell
Oleh karena :
Penurunan absorbsi ca pada git: defisiensi vitamin d, defisiensi nutrisi, penurunan sekresi pth, penyakit liver, empedu, pancreas.
>> deposit ca pada tulang, peningkatan exkresi ca, alkalosis
Peningkatan permiabilitas dan irritabilitas jaringan saraf dan otot
Pada otot rangka : twitching, carpopedal spasm, tetany, spasmus larink,epilepsy —- like seizure.
Pada otot pembuluh darah : numbress, tingling pada jari
Neuromuskuler : troulsean tes +, chvostex’s sign +.
Pada otot jantung : arrytmia
Hypercalcemia —–peningkatan ca extrecell
Oleh karena :
Peningkatan absorsi ca git —- >> diet
Peningkatan pemecahan ca dari tulang : peningkatan sekresi pth, immobilisasi >>>, kanker tulang
Penurunan exkresi ca pada renal asidosis
Penurunan permiabilitas dan irritabilitas jaringan saraf dan otot
Penurunan aktivitas otot dan saraf —- penurunan tonus otot
Otot polos git —- distensi abdomen, kembung, konstipasi, nausea, vomiting.
Penurunan fungsi saraf : lethargy, kelemahan, penurunan reflex normal >
Kecuali pada otot jantung —- peningkatan rangsang jantung —- peningkatan cardiac output & bp jika >>> —- arrytmia. Penurunan pompa jantung —- penurunan BP.
Peningkatan ca extracell / plasma —- peningkatan deposit ca pada jaringan lunak — batu ginjal, renal failure.
Kala II
TANDA- TANDA BAHAYA
Keluar air ketuban sebelum waktunya keluar dari jalan lahir ( Ketuban Pecah dini, silahkan lihat postingan saya sebelumnya, membahas lebih lengkap tentang Ketuban Pecah dini).
Gerakan janin kurang atau tidak ada
Demam
Nyeri hebat di perut
Sakit kepala
Air kencing keruh
Kaki bengkak, nyeri daerah ulu hati.
Diagnosis:
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
Penanganan:
- Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan: mendampingi ibu agar merasa nyaman. Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu.
- Menjaga kebersihan diri: Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi. Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan.
- Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
- Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu, dengan cara: menjaga privasi ibu, penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan, penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu.
- Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan dapat dipilih posisi berikut: jongkok, menungging, tidur miring, setengah duduk. Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum dan infeksi.
- Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesering mungkin
- Memberikan cukup minum: memberi tenaga, dan mencegah dehidrasi
Posisi Ibu Saat Meneran:
- Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya. Setiap posisi memiliki keuntungannya masing-masing, misalnya posisi setengah duduk dapat membantu turunnya kepala janin jika persalinan berjalan lambat.
- Ibu dibimbing mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas, kemungkinan dapat menurunkan pH pada arteri umbilikus yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai Apgar rendah. Minta ibu bernafas selagi kontraksi ketika kepala akan lahir. Hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan.
- Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi.
Kemajuan Persalinan dalam Kala II:
- Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala II: penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir, dimulainya fase pengeluaran
- Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan tahap kedua: tidak turunnya janin dijalan lahir, gagalnya pengeluaran pada fase akhir.
Kelahiran Kepala Bayi:
- Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala bayi lahir
- Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tdak terlalu cepat
- Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan
- Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran lendir/darah
- Periksa tali pusat: Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar, selipkan tali pusat melalui kepala bayi. Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, tali pusat diklem pada dua tempat kemudian digunting diantara kedua klem tersebut, sambil melindungi leher bayi.
Kelahiran Bahu dan Anggota Seluruhnya:
- Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya
- Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi
- Lakukan tarikan lembut kebawah untuk melahirkan bahu depan
- Lakukan tarikan lembut keatas untuk melahirkan bahu belakang
- Selipkan satu tangan Anda ke bahu dan lengan bagian belakangbayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
- Letakkan bayi tersebut diatas perut ibunya
- Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya, dan nilai pernafasan bayi. Jika bayi menangis atau bernafas, tinggalkan bayi tersebut bersama ibunya
- Jika bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik, mintalah bantuan, dan segera mulai resusitasi bayi
- Klem dan potong tali pusat
- Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit pada dada si ibu. Bungkus bayi dengan kain yang halus dan kering, tutup dengan selimut, dan pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh.

Depresi setelah Persalinan


Satu dari delapan ibu yang melahirkan pertama kali akan mengalami depresi setelah persalinan dan pada mereka yang telah mengalami hal ini sebelumnya akan mempunyai risiko satu dari empat persalinan untuk mengalami hal yang serupa. Gangguan ini sebelumnya tidaklah umum terjadi pada masyarakat yang memiliki konsep budaya timur, namun belakangan hal ini makin banyak dialami ibu-ibu yang melahirkan dan angka kejadiannya pun mendekati apa yang terjadi di barat.
SELAMA masa postpartum, sekitar 85 persen perempuan akan mengalami berbagai macam gangguan perasaan. Gangguan yang ditimbulkan antara lain postpartum blues, depresi pasca-persalinan hingga psikotik. Kebanyakan dari mereka merasakan gejala yang terjadi tidak terlalu mengganggu atau ringan, namun sebagian lagi merasakan hal tersebut sebagai suatu gangguan yang menetap. Depresi sering merupakan gejala yang kurang mendapat perhatian oleh penderita maupun oleh mereka yang merawatnya. Gangguan ini memberikan dampak yang sangat signifikan baik bagi si ibu maupun pada perkembangan dan perilaku anak nantinya. Untuk itu pengenalan dan penanganan gangguan secara dini adalah sangat esensial.
Etiologi
Gangguan depresi pasca-persalinan baru mendapatkan perhatian pada tahun 1960-an setelah B. Pitt mendiskripsikan adanya suatu bentuk depresi atipikal yang mempengaruhi ibu setelah anak lahir. Pasca-persalinan sendiri merupakan periode dimana terjadi perubahan fisiologis dan psikososial yang signifikan. Kompleks dan banyaknya faktor yang berperanan dalam perubahan ini menyebabkan sulitnya mengidentifikasi faktor risiko dan kemungkinan orang yang akan mengalami gangguan tersebut.
Secara demografi, sangat sedikit bukti yang dapat menunjukkan faktor demografi tertentu mempunyai peranan meningkatkan risiko terjadinya gangguan ini. Namun demikian dikatakan bahwa ibu yang berusia remaja mempunyai kecenderungan lebih tinggi (26%) mengalami gangguan. Adanya riwayat penyakit psikiatri sebelumnya merupakan suatu risiko yang signifikan untuk terjadi serangan ulangan, dimana untuk mereka yang mengalami gangguan depresi pasca-persalinan akan mengalami risiko hingga 50% pada proses persalinan berikutnya.
Banyak ahli kini memandang bahwa faktor hormonal sangat berperanan dalam menimbulkan gangguan ini. Hal ini dipandang berperanan karena masa pasca-persalinan memiliki karakteristik terjadinya perubahan hormonal yang sangat cepat. Dalam 48 jam pertama setelah melahirkan, hormon estrogen dan progesteron turun secara dramatis, demikian juga dengan konsentrasi kortisol yang turun setelah proses melahirkan. Selain itu, hormon tiroid juga mengalami penurunan dimana konsentrasi tiroksin yang tinggi pada masa kehamilan akan mengalami penurunan selama pasca-persalinan. Sementara itu, faktor psikososial dipandang memainkan peran penting, dimana terlihat bahwa hidup yang penuh beban selama masa mengandung atau pada saat akan melahirkan meningkatkan terjadinya gangguan depresi pasca-persalinan. Satu hal yang sangat konsisten adalah pada mereka yang melaporkan perkawinan yang tidak memuaskan atau dukungan sosial yang tidak memadai mengalami gangguan ini lebih banyak. Hal ini pulalah yang dipandang sebagai faktor yang menyebabkan mereka yang memiliki dukungan keluarga dan lingkungan yang memadai tidak akan mengalami gangguan ini, seperti yang terjadi pada masyarakat Bali, melalui upacara, pertunjukan dan dukungan kelompok-kelompok di masyarakat. Untuk itu diharapkan selama sembilan bulan mengandung merupakan proses bertapa baik bagi suami maupun istri sehingga dalam proses kelahiran nantinya suasana tenang dan penuh pengharapan akan mencegah terjadinya lonjakan perubahan baik fisiologis maupun psikososial.
Manifestasi Klinik
Penegakan diagnosa dinilai dalam waktu 4 minggu pertama setelah proses kelahiran, namun ada juga yang menilai bahwa gangguan pasca-persalinan ini merupakan episode yang terjadi dalam satu tahun pertama setelah anak lahir. Namun demikian, banyak dari mereka yang tidak terdiagnosa karena kurangnya perhatian atau terabaikan baik oleh penderita maupun oleh mereka yang merawatnya. Gangguan depresi yang tidak tertangani akan memberikan konstribusi pada gangguan yang sifatnya kronis dan berulang pada si ibu. Selain itu juga memberikan dampak pada fungsi kognisi, emosi dan perkembangan sosial pada anak.
Gangguan depresi pasca-persalinan merupakan hal yang umum terjadi selama masa pasca-persalinan dengan angka paparan 10%-15%. Angka kejadian ini hampir sama pada mereka yang tidak mengalami proses persalinan. Demikian juga dengan tanda dan gejala yang ditimbulkan memiliki kesamaan dengan apa yang dialami pada masa yang lain. Perasaan tidak nyaman atau menyenangkan (dysphoria), iritabel, kehilangan minat akan hal-hal yang menyenangkan (anhedonia), insomnia dan kelelahan merupakan keluhan yang umumnya dilaporkan selain keluhan somatik lainnya.
Sikap ambivalensi dan perasaan negatif terhadap bayi juga sering dilaporkan dan biasanya mereka juga sering mengekspresikan keraguan atau ketidakmampuan mereka dalam mengurus anaknya. Ide-ide bunuh diri juga sering dilaporkan meskipun angka kejadian bunuh diri pada mereka yang mengalami gangguan ini tercatat sangat rendah. Gejala kecemasan menyeluruh, gangguan panik, dan gangguan obsesif-kompulsif sering didapatkan pada mereka dengan gangguan depresi pasca-persalinan.
Penanganan
Durasi dari masa pasca-persalinan adalah bervariasi pada setiap orang, biasanya tidak lebih dari 3 bulan. Meskipun hal ini merupakan hal yang umum terjadi pada setiap orang, namun beberapa penelitian menunjukkan adanya efikasi dari penanganan dengan nonfarmakologis dan secara farmakologis.
Pada penanganan dengan obat-obatan yang perlu mendapatkan perhatian adalah respons penderita akan obat yang diberikan dan efek samping yang ditimbulkan. Walaupun pada dasarnya semua antidepresan pada dosis standar bersifat efektif dan memiliki toleransi yang baik. Hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian adalah pemberian obat ini juga akan disekresi melalui ASI. Golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) merupakan pilihan pertama karena sifat anxiolitik, non sedasi dan toleransinya yang baik. Selain itu, terapi hormonal juga menjadi suatu bentuk terapi yang dipandang dapat membantu meskipun masih tidak jelas siapa yang mempunyai respons yang baik pada terapi hormonal ini. Sehingga pada kasus yang sedang dan berat, pilihan pertama untuk terapi secara farmakologis adalah antidepresan. Untuk terapi nonfarmakologis yang banyak digunakan adalah terapi interpersonal dan cognitive-behaviour therapy. Menurut Suryani (1998), penanganan yang terbaik adalah perlu dilakukannya suatu program holistik dengan pendekatan bio-psiko-spirit-sosiobudaya. Program ini melibatkan janin, ibu dan bapak dari janin, lingkungan sekitar, serta dokter dan bidan yang mengasuhnya sehingga kebutuhan dasar janin dalam kandungan seperti kebutuhan dicintai, diharapkan, rasa aman dan tenang dapat terpenuhi. Selain itu meditasi dan relaksasi adalah salah satu program yang dapat diberikan pada orang tua yang ingin dan sedang mempunyai janin dalam kandungan dengan tujuan melatih orangtua agar mampu mengontrol emosinya, mengadakan komunikasi spiritual dengan janin dalam kandungan, dan mengantarkan ibu selalu sehat.
Latihan relaksasi khususnya, menurut Suryani, bertujuan selain menghilangkan rasa capek juga melatih ibu yang mengandung dapat tidur nyenyak. Dalam keadaan tidur nyenyak, akan tercapai keadaan homeostatis sehingga sistem hormonal dan daya tahan tubuh dapat mempengaruhi keadaan janin dan secara otomatis proses pengobatan oleh diri sendiri berfungsi. Sehingga dalam proses kelahiran nantinya tidak akan menimbulkan lonjakan perubahan sistem hormonal yang dapat menimbulkan terjadinya gangguan depresi pasca-trauma.

TATA CARA PEMOTONGAN TALI PUSAT

Pemotongan tali pusat menurut standar asuhan persalinan normal pada
langkah ke 26 sampai dengan 28 berikut ini :
a. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali
pusat.
b. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2
cm dari klem pertama.
c. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan
perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem.
(JNPKR, Depkes RI, 2004).
Gambar 2.3. Pemotongan Tali Pusat
Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah yang harus dirawat, karena jika
tidak dirawat maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi.

Fisiologi Lepasnya Tali Pusat

Perawatan tali pusat secara intensif diperkenalkan pada tahun 1950an
sampai dengan tahun 1960an dimana pada saat itu angka infeksi pada proses
kebidanan sangat tinggi. Akan tetapi pada beberapa Negara berkembang masih
sering dijumpai terjadinya infeksi tali pusat walaupun antiseptic jenis baru telah
diperkenalkan. Selain infeksi, pendarahan pada tali pusat juga dapat berakibat
fatal. Akan tetapi pendarahan dapat dicegah dengan melakukan penjepitan tali
pusat dengan kuat dan pencegahan infeksi.
Peralatan yang digunakan dalam pemotongan tali pusat juga sangat
berpengaruh dalam timbulnya penyulit pada tali pusat. Saat dipotong tali pusat
terlepas dari suply darah dari ibu. Tali pusat yang menempet pada pusat bayi lama
kelamaan akan kering dan terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat sangat
dipengaruhi oleh aliran udara yang mengenainya. Jaringan pada sisa tali pusat
dapat dijadikan tempat koloni oleh bakteri terutama jika dibiarkan lembab dan
kotor. Sisa potongan tali pubaru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat kering dan
bersih.
Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan
sekitar. Pada bayi yang ditrawat di rumah sakit bakteri S aureus adalah bakteri
yang sering dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi yang tidak steril.
Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kolonisasi bakteri pada
tali pusat sampai saat ini belum diketahui pasti. Selain S aerus, bakteri E colli dan
B streptococci juga sering dijumpai berkoloni pada tali pusat.
Pemisahan yang terjadi antara pusat dan tali pusat dapat disebabkan oleh
keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi
infeksi bakteri. Pada proses pemisahan secara normal jaringan yang tertinggal
sangat sedikit, sedangkan pemisahan yang diakibatkan oleh infeksi masih
menyisakan jaringan dalam jumlah banyak yang disertai dengan timbulnya
abdomen pada kulit (BCRCP, 2001).

Perawatan Tali Pusat

Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan,
penyelenggaraan(Kamisa, 1997).
Tali pusat atau umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama
dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang
selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu
bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan
diikat atau dijepit.
Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Yang penting,
pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering. Selalu cuci
tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali
pusat. Selama ini, standar perawatan tali pusat yang diajarkan oleh tenaga medis
kepada orangtua baru adalah membersihkan atau membasuh pangkal tali pusat
dengan alkohol. sat menjadi sebab utama terjadinya infeksi pada bayiSelama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan
dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat.
Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering. Jangan khawatir, bayi Anda
tetap wangi meskipun hanya dilap saja selama seminggu. Bagian yang harus
selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan
pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tenang
saja, bayi Anda tidak akan merasa sakit. Sisa air atau alkohol yang menempel
pada tali pusat dapat dikeringkan dengan menggunakan kain kasa steril atau
kapas. Setelah itu kering anginkan tali pusat. Anda dapat mengipas dengan
tangan atau meniup-niupnya untuk mempercepat pengeringan. Tali pusat harus
dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari.
Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan
membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga
menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup (mungkin Anda ’ngeri’
melihat penampakannya), tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali
pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena
udara dengan leluasa. Bila bayi Anda menggunakan popok sekali pakai, pilihlahyang memang khusus untuk bayi baru lahir (yang ada lekukan di bagian depan).
Dan jangan kenakan celana atau jump-suit pada bayi Anda. Sampai tali pusatnya
puput, kenakan saja popok dan baju atasan. Bila bayi Anda menggunakan popok
kain, jangan masukkan baju atasannya ke dalam popok. Intinya adalah
membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat mengering dan lepas (Paisal,
2007).

Perawatan Tali Pusat Kering

Perawatan tali pusat kering adalah Tali pusat dibersihkan dan dirawat
serta dibalut kassa steril , tali pusat dijaga agar bersih dan kering tidak
terjadi infeksi sampai tali pusat kering dan lepas (Depkes RI, 1996 ).

Cara perawatan tali pusat kering adalah :
1) Siapkan alat-alat
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat
3) Tali pusat dibersihkan dengan kain kasa.
4) Setelah bersih, tali pusat dibungkus dengan kain kasa steril kering.
5) Setelah tali pusat terlepas / puput, pusat tetap diberi kasa steril.
Cara perawatan tali pusat kering adalah dengan membungkus tali pusat
dengan kasa dan mengkondisikan tali pusat tetap kering. Jika tali pusat
berbau diberi gentian violet (Marjono, 2007 ).

Tali Pusat Basah Perawatan

Tujuan dari perawatan tali pusat adalah untuk mencegah infeksi dan
meningkatkan pemisahan tali pusat dari perut. Dalam upaya untuk
mencegah infeksi dan mempercepat pemisahan, banyak zat yang berbeda
dan kebiasaan-kebiuasaan yang telah digunakan untuk perawatan tali pusat
ini. Hanya dari beberapa penggunaannya yang telah dipelajari dengan baik. Zat-zat seperti triple dye, alkohol dan larutan chlorhexidine sepintas
lalu dianggap mencegah infeksi namun ditemukan belum bekerja dengan
baik. Selain itu, ketika para ibu merawat bayi mereka di dalam kamar
mereka daripada di dalam ruang perawatan, tingkat infeksi tali pusat
terendah terjadi (Hasselquist, 2006:53). Cara perawatan tali pusat basah adalah :
1) Siapkan alat-alat
2) Selalu cuci tangan Anda sampai bersih sebelum mulai melakukan
perawatan tali pusat.
3) Kemudian, bersihkan tali pusat dengan alkohol.
4) Tutupi dengan kasa steril yang diberi alkohol dan menggantinya setiap
kali usai mandi, berkeringat, terkena kotor, dan basah.
5) Segera larikan ke dokter jika mencium bau tidak sedap dari tali pusat
bayi yang belum lepas.
(Solahuddin, 2006).

Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat

Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm
segera setelah dipotong. Penjepit tali tali pusat plastik digunakan pada tali pusat
untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketka tali pusat
sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua
puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat

yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan
biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang
baru lepas setelah 4 minggu. Umumnya orangtua baru agak takut-takut
menangani bayi baru lahirnya, karena keberadaan si umbilical stump ini. Meski
penampakannya sedikit ’mengkhawatirkan’, tetapi kenyataannya bayi Anda tidak
merasa sakit atau terganggu karenanya (Hasselquist, 2006:53).
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan
memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput
setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan
daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang
keluar terus- menerus, dan/atau bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi
tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat (Paisal, 2007).
Lama penyembuhan tali pusat dikatakan cepat jika kurang dari 5 hari,
normal jika antara 5 sampai dengan 7 hari, dan lambat jika lebih dari 7 hari
(Paisal, 2007).

Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Lamanya Lepasnya Tali Pusat

Lepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa ha diantaranya adalah :
1. Timbulnya infeksi pada tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang
tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat
dengan bambu/gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat
dibubuhi abu, tanah, minyak daun-daunan, kopi dan sebagainya (Ellen,
2006).
2. Cara perawatan Tali pusat, penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang
dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas)
daripada tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol (Paisal, 2007).
3. Kelembaban tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan
apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat
puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi (Paisal, 2007).
4. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus, Spora C. tetani yang masuk
melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak
memenuhi syarat kebersihan.

FISIOLOGI DAN MANAGEMEN PERSALINAN

Dr. Sari Lestari

PENDAHULUAN
Persalinan adalah suatu proses dimana fetus dan plasenta keluar dari uterus, ditandai dengan peningkatan aktifitas myometrium ( frekuensi dan intensitas kontraksi) yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lendir darah ("show") dari vagina.1,2,3,4 Lebih dari 80% proses persalinan berjalan normal,15-20% terjadi komplikasi persalinan. UNICEF dan WHO menyatakan bahwa hanya 5% -10% saja yang membutuhkan seksio sesarea.5
Dari data WHO 1999, Terdapat 180-200 juta kehamilan setiap tahunnya dan 585 ribu kematian wanita hamil berkaitan dengan komplikasi. 24.8% terjadi perdarahan,14.9 % infeksi, 12,9 % eklampsia, 6,9 % distosia saat persalinan, 112,9 % aborsi yang tidak aman, 27 % berkaitan dengan sebab lain. Sedangkan sebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, Infeksi, eklampsia, partus lama dan komplikasi abortus. Perdarahan adalah sebab utama yang sebagian besar disebabkan perdarahan pasca salin. Hal ini menunjukan adanya managemen persalinan kala III yang kurang adekuat.6
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 mengungkapkan bahwa partus lama merupakan penyebab kesakitan maternal dan perinatal utama disusul oleh perdarahan, panas tinggi, dan eklampsi. Pola morbiditas maternal menggambarkan pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil, karena sebagian besar komplikasi terjadi pada saat sekitar persalianan. 24,6 % persalianan dengan komplikasi harus ditolong dengan seksio sesarea, sebagian besar dari kasus ini disebabkan oleh partus lama dan perdarahan.6




Pada konfrensi internasional tahun 1999 di Kairo disepakati 80 % dari persalianan akan ditangani oleh tenaga terlatih pada tahun 2005. Hal ini pada negara-negara Asia akan dicapai pada tahun 2015. Di Indonesia pada tahun 1997 hanya 36% saja yang parsalinan ditangani oleh tenaga terlatih, didapat peningkatan yaitu pada tahun 1999 menjadi 56 %.5
Pada makalah ini akan dibahas mengenai fisiologi persalinan yang mungkin dapat membantu dalam upaya memahami proses persalinan agar menghindari intervensi yang tidak tepat dan komplikai yang tidak perlu terjadi, karena jelas bahwa kehadiran tenaga terlatih saat persalinan akan mengurangi kemungkinan komplikasi dan kejadian fatal.

PERUBAHAN BIOKIMIA PADA WANITA HAMIL SAAT MEMASUKI PROSES PERSALINAN 4
Pada mulai terjadinya proses persalinan terdapat perubahan-perubahan morfologik dan biokimia tersendiri didalam jaringan uterus yang mempersiapkan kontraksi yang kuat dan terkoordinasi. Diantara perubahan ini adalah :
1. Perlunakan dan pematangan serviks.
2. Perkembangan gap junction diantara sel-sel miometrium
3. Peningkatan jumlah reseptor oksitosin pada miometrium.
4. Peningkatan reseptor kontraktif darimiometrium terhadap uterotonin.
Persalinan mulai saat benteng pemeliharaan kehamilan dilepaskan yang menyebabkan pembentukan uterotonin dan uterotropin. Diantara yang paling poten dari uterotonin ini adalah prostaglandin, oksitosin, angiotensin II, arginin vasopresin, dan bradikinin. Beberapa uterotonin ini diproduksi dalam jaringan intrauterin, seperti desidua uterus dan membran janin ekstraembrionik yang merupakan jaringan sangat potensial enzimatik untuk pembentukan PGE2 dan PGF2ά.




Tampak yang paling mungkin adalah bahwa persalinan diawali sebagai respon terhadap uterotonin dan uterotropin yang diproduksi dalam uterus, yaitu dalam jaringan uterus atau pada jaringan janin ekstraembrional. Sejumlah agen bioaktif, yang diproduksi dalam jaringan-jaringan ini, berkumpul didalam cairan amnion selama proses persalinan.
Pengaturan dan pembentukan gap junction merupakan subjek yang cukup penting. Bukti telah diperoleh, dengan penelitian in vitro dan in vivo pada binatang percobaan, bahwa progesteron menghambat dan estrogen meningkatkan pembentukan gap junction. Beberapa prostanoid seperti PGE2, PGF2ά dan tromboksan dan mungkin endoperoksida.
Merangsang pembentukan gap junction pada kehamilan cukup bulan gap junction meningkat pada setiap sel dan selama proses persalinan jumlah dan ukurannya semangkin meningkat. Gap junction menghilang pada 24 jam postpartum.
PGE2 dan PGF2ά adalah stimuli yang poten untuk kontraksi miometrium dan diyakini bekerja meningkatkan kontraksi miometrium dan diyakini bekerja meningkatkan konsentrasi Ca 2+ bebas intraselular, suatu proses yang menghasilkan aktiviotas myosin light chain kinase, fosforilasi miosin, dan kemudian interaksi miosin terfosforilasi dan aktin. PGE2 dan PGF2ά juga bekerja menginduksi perubahan-perubahan pada pematangfan serviks, yaitu aktivitas kolagenase-kolagenasa dan suatu perubahan konsentrasi glikosaminoglikan.
Untuk beberapa lama, kita sudah bergulat deangn tiga teori umum yaitu :
1. Hipotesis " progesteron withdrawal "
2. teori oksitosin.
3. postulat sistem komunikasi ibu-janin.
Sekarang bukti yang paling besar menentang bentuk progesteron withdrawal yang sudah dapat diketahui atau yang tersembunyi sebelum onset persalinan spontan manusia.



Tidak ada penurunan kadar atau kecepatan produksi progesteron dalam darah sebelum mulainya persalianan dan tidak ada bukti yang nyata untuk sekuestrasi khusus, penarikan produksi ekstraglandular, metabolisme unik, atau kegagalan kerja progesteron yang menandai saat mulainya persalinan manusia.
Demikian juga, sebagian fakta menentang peranan elementer oksitosin dalam inisiasi persalianan spontan. Oksitosin merupakan suatu uterotonin yang sangat poten yang penting dalam mempermudah kontraksi uterus pada stadium dua persalinan namun tidak terbukti mengininsiasi persalinan.
Sedangkan peran janin dalam inisiasi persalinan yaitu dalam penarikan agen pemeliharaan kehamilan melalui lengan plasenta sistem komunikasi janin-ibu. Sebagai jalur alternatif janin yaitu melalui paru-paru janin atau ginjal lewat sekresi atau eksresi yang memasuki cairan amnion ( lengan parakrin sistem komunikasi janin-ibu ).

FASE PERSALINAN1,2,3,4
Proses persalinan dibagi dalam tiga berdasarkan pertimbangan klinis :
Kala I : Dimulai sejak awal kontraksi dengan frekuensi,intensitas dan durasi yang cukup sehingga menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks.
Kala II : kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (+10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi
Kala III : Segera setelah kelahiran bayi dan berakhir dengan kelahiran plasenta dan selaput ketuban
Kala IV : Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.

AKADEMI KEBIDANAN SINAR KASIH TORAJA

PENDAHULUAN

Bahwa seiring dengan Program Pemerintah di bidang kesehatan khususnya Program Indonesia Sehat 2010 maka tidak dapat di pungkiri bahwa peran bidan memiliki andil yang sangat besar dalam akselerasi penurunan angka kematian ibu dan anak sebagai salah satu tolak ukur peningkatan derajat kesehatn masyarakat.

TUJUAN

Menghasilkan lulusan kebidanan profesional yang memiliki kemempuan akademik yang handal dan mampu menjawab kebutuhan masyarakat secara mandiri, profesional, bertanggung jawab dan berjiwa Pancasila.

DASAR

Penyelenggara Akademi Kebidanan Sinar Kasih Toraja berdasarkan :
  • SK (Rek)Depkes RI No : HK .03.2.4.1.02301
  • SK MENDIKNAS RI No : 115/D/O/2008
KURIKULUM

Kurikulum yang di pergunakan adalah kurikulum Nasional Diploma III kebidanan yang telah disepakati oleh Depkes RI danDiknas RI, yang terdiri dari Kurikulum Inti dengan jumlah SKS = 110 sks, dan Kurikulum Lokal 10 SKS. Proses perkuliahan di tempuh dalam 6 semester (3 tahun) denan gelar AM.Keb ( Ahli Madya Kebidanan )

PROGRAM DIPLOMA III (D3) KEBIDANAN

PENGELOLA AKBID SINAR KASIH TORAJA

Direktur : dr.Zadrak Tombe, Sp.A

Ka. TU : Edwinn Sallipadang, s.Ked,M.Kes

Pudir I : Lili Suriani, S.Sit

Pudir II : Mariani Sampe, SKM,M.Kes

Pudir III : Vega OktavarinBr.Moute, S.Sit


PENGURUS YAYASAN

KETUA : Erni Yetti R.,SKM,M.Kes

PENGAWAS : Daud Tangketasik, ST

BENDAHARA : Anton Harpa, SE.Ak

SEKRETARIS : Rita Riman


STAF PENGAJAR
  1. Dokter Spesialis
  2. Dokter Umum
  3. Magister (S2) Kesehatan Masyarakat
  4. Sarjana Kesehatan Masyarakat
  5. D.IV Kebidanan
  6. Sarjana Pendidikan
yang berasal dari berbagai institute pendidikan kesehatan terkemuka di Sulawesi Selatan antara lain : Fakultas Kedokteran UNHAS Makassar dan tenaga Pendidik yang memiliki kualifikasi sesuai dengan bidangnya.


FASILITAS YANG DIMILIKI
  1. Gedung Perkuliahan
  2. Perpustakaan
  3. Laboratorium
  4. Media Pembelajaran (OHP,LCDMulti Media)
  5. Asrama AKBID Sinar Kasih Toraja
  6. BUS AKBID Sinar Kasih untuk antar jemput.

LAHAN PRAKTEK
  1. Rumah Sakit (Tana Toraja, Makassar dan Jakarata)
  2. Puskesmas
  3. Rumah Bersalin

Akademi Kebidanan Sinar Kasih TORAJA

Makale. Bupati Tana Toraja, J Amping Situru, meresmikan Akademi Kebidanan (Akbid) Sinar Kasih, Toraja. Acara peresmian ini dirangkaikan dengan syukuran berdirinya Akbid Sinar Kasih.

Merupakan satu prestasi bagi (Akbid) Sinar Kasih toraja, untuk tahun ajaran 2008/2009, telah tercatat sebanyak 200 mahasiswa yang sebagian berasal dari Kalimantan Timur, Papua, Sulawesi Tengah, dan Kendari (Sulawesi Tenggara). Sementara dosen sebanyak 25 orang termasuk istri bupati dan sejumlah dokter ahli.

Untuk sementara, mahasiswa Akbid Sinar Kasih kuliah di gedung Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 sambil menunggu pembangunan gedung kampus rampung.

Saat ini, fasilitas yang dimiliki antara lain, asrama, laboratorium kumputer, perpustakaan, dan kendaraan operasional sebanyak 20 unit.

Dalam sambutannya, Amping menyatakan kehadiran Akbid Sinar Kasih merupakan salah satu aset daerah yang harus dijaga dan dikembangkan untuk memenuhi tenaga medis khususnya bidan di masa mendatang.

"Di masa mendatang, tenaga kesehatan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan hadirnya Akbid Sinar Kasih ini kita harapkan dapat menelorkan bidan-bidan yang terampil dan berkualitas," kata Amping yang juga penesehat di Akbid Sinar Kasih.


15 MARET 09

Minggu, 15 maret 2009. iring iringan Bus yang mengangkut kurang lebih 200 mahasiswi dan Dosen pengajar Akademi Kebidanan SINAR KASIH Toraja. Berangkat menuju Makassar guna melakukan studi praktek yang akan di adakan di gedung Laboratorium Universitas HASANUDDIN Makassar.
Studi praktek ini bertujuan guna menambah wawasan para mahasiswi kebidanan ini,...bersambung...

MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN MUTU

PELAYANAN KEBIDANAN

Walaupun masalah mutu atau kualitas pada umumnya merupakan tanggungjawab petugas atau provider kesehatan, tetapi sebenarnya masalah ibu hamil adalah tanggung jawab bersama antara provider (pemberi pelayanan medik), supervisor dan masyarakat, sehingga tujuan untuk mendapatkan perawatan yang berkualitas dapat tercapai. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pengendalian mutu dalam pelayanan kebidanan karena :

a. mutu dapat menawarkan manfaat kesehatan terbesar dengan memperkecil risiko dari jumlah terbarayak masyarakat, serta dapat memberdayakan sumber daya yang ada.

b. mutu adalah kinerja yang tepat yang sesuai standar, melakukan intervensi yang diketahui cukup aman, dapat mempengaruhi kematian, kesakitan, kecacatan serta malnutrisi.

c. dengan mutu berarti mengerjakan sesuatu dengan benar.

d. dengan mutu berarti dapat mempersiapkan suatu program perbaikan pelayanan seperti pelayanan kebidanan, program keluarga berencana dll.

e. dengan mutu harus diberlakukan standar minimal untuk menghasilkan pelayanan kebidanan yang memadai.

f. fokus dalam pelayanan bermutu adalah pasien atau klien.

g. manajemen pengendalian mutu pelayanan kebidanan yang berkualitas akan menyebabkan biaya menjadi efisien, efektif dan wajar, serta dapat meningkatkan tanggung jawab dan moral staf untuk dapat menyelamatkan hidup ibu.

ETIKA PROFESI, HUKUM KESEHATAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa memahami prinsip-prinsip etika profesi kebidanan, mampu menganalisa issu tentang masalah etik dalam praktek kebidanan secara nasional dan internasional. Mampu menerapkan/mengimplementasikan etika profesi dalam praktek nyata. Untuk menciptakan pemahaman yang dalam proses pembelajaran yang digunakan dalam bentuk : ceramah, tanya jawab, diskusi, seminar, debate, kritik journal dan penugasan individu dan kelompok serta tutorial. Dibahas mengenai profesi bidan, etika, hukum dalam pelayanan kesehatan, informed concent, hak serta kewajiban penderita dan bidan, medical malpraktek, Undang-undang Kesehatan, Undang-undang Pelindungan Konsumen.

TENTANG KEBIDANAN

Apakah Yang Dimaksud dengan Kebidanan?Kebidanan adalah bagian integral dari sistim kesehatan dan berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut pendidikan, praktek dan kode etik bidan dimana dalam memberikan pelayanannya mengyakini bahwa kehamilan dan persalinan adalah suatu proses fisiologi normal dan bukan merupakan penyakit, walaupun pada beberapa kasus mungkin berkomplikasi sejak awal karena kondisi tertentu atau komplikasi bisa timbul kemudian. Fungsi kebidanan adalah untuk memastikan kesejahteraan ibu dan janin / bayinya, bermitra dengan perempuan, menghormati martabat dan memberdayakan segala potensi yang ada padanya.

Apakah Yang Dimaksud dengan Praktek Kebidanan ?

Praktek Kebidanan adalah asuhan yang diberikan oleh bidan secara mandiri baik pada perempuan yang menyangkut proses reproduksi, kesejahteraan ibu dan janin / bayinya, masa antara dalam lingkup praktek kebidanan juga termasuk pendidikan kesehatan dalam hal proses reproduksi untuk keluarga dan komunitasnya.
Praktek kebidanan berdasarkan prinsip kemitraan dengan perempuan, bersifat holistik dan menyatukannya dengan pemahaman akan pengaruh sosial, emosional, budaya, spiritual, psikologi dan fisik dari pengalaman reproduksinya.
Praktek kebidanan bertujuan menurunkan / menekan mortalitas dan morbilitas ibu dan bayi yang berdasarkan ilmu-ilmu kebidanan, kesehatan, medis dan sosial untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan ibu dan janin / bayinya.

Apakah yang Dimaksud dengan Asuhan Kebidanan ?

Asuhan Kebidanan: Adalah prosedur tindakan yang dilakukankan oleh bidan sesuai dengan wewenang dalam lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, dengan memperhatikan pengaruh - pengaruh sosial, budaya, psikologis, emosional, spiritual, fisik, etika dan kode etik serta hubungan interpersonal dan hak dalam mengambil keputusan dengan prinsip kemitraan dengan perempuan dan mengutamakan keamanan ibu, janin / bayi dan penolong serta kepuasan perempuan dan keluarganya. Asuhan kebidanan diberikan dengan mempraktikan prinsip-prinsip bela rasa, kompetensi, suara hati, saling percaya dan komitment untuk memelihara serta meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin / bayinya.