Aberasi Kromosom

Radiasi dapat menyebabkan perubahan, baik pada jumlahmaupun pada struktur kromosom, yang dikenal dengan istilah aberasi kromosom. Kerusakan struktur berupa patahnya lengan kromosom terjadi secara acak dengan peluang yang makin besar sesuai dengan meningkatnya dosis radiasi.
Aberasi kromosom yang mungkin dapat terjadi adalah 1)
fragmen asentrik yaitu terjadinya delesi atau patahnya bagian kecil atau fragmen lengan kromosom yang tidak mengandung sentromer, 2) ring atau kromosom bentuk cincin yang merupakan hasil penggabungan dua lengan yang mengalami delesi pada kromosom yang sama, 3) disentrik berupa kromosom dengan dua buah sentromer sebagai hasil peng-gabungan dua buah kromosom yang mengalami patah dan 4) translokasi yaitu terjadinya perpindahan atau pertukaran fragmen dari dua atau lebih kromosom.
Dari semua kerusakan tersebut, kromosom disentrik diyakini spesifik terjadi akibat pajanan radiasi sehingga aberasi disentrik ini digunakan secara luas sebagai dosimeter biologi dan umumnya dapat dengan mudah diamati pada sel limfosit darah tepi. Selain mudah pengambilannya, sel limfosit merupakan sel yang paling sensitif terhadap radiasi; dosis tunggal 0,2Gy sudah dapat menimbulkan aberasi kromosom yang dapatdideteksi. Frekuensi terjadinya aberasi kromosom bergantung pada jenis dan dosis radiasi yang diterima. Penentuan dosis radiasi pengion yang diterima seorang pekerja radiasi dapat ditentukan dengan menggunakan kurva standar aberasi kromosom sebagai fungsi dari jumlah disentrik per sel limfosit.
Teknik ini dapat digunakan untuk memperkirakan dosis sinar gamma/X dari 0,25 Gy sampai 6-8 Gy. Karena frekuensi kromosom disentrik dalam sel limfosit akan menurun dengan bertambahnya waktu, pemeriksaan aberasi kromosom (disentrik) sebaiknya dilakukan sesegera mungkin pasca terpajan
Dengan demikian pemeriksaan mikronuklei juga harus melalui proses pembiakan di laboratorium dan penghitungannya jauh lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan aberasi kromosom. Tetapi metode ini kurang sensitif bila dibandingkan dengan kromosom disentrik dan kebolehjadian mikronuklei secara spontan lebih besar sekitar 10-20 kali dari kromosom disentrik. Rentang dosis radiasi yang dapat dideteksi dengan rnenggunakan tehnik mikronuklei saat itu adalah antara 0,3 - 3 Gy

Gambaran Terbentuknya Sistem Golongan Darah ABO, Rh+G, Mnss

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
ABO
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
• Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
• Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
• Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
• Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.
Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO.

Frekuensi
Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi yang berbeda-beda.
Populasi O A B AB
Suku pribumi Amerika Selatan
100% – – –
Orang Vietnam
45.0% 21.4% 29.1% 4.5%
Suku Aborigin di Australia
44.4% 55.6% – –
Orang Jerman
42.8% 41.9% 11.0% 4.2%
Suku Bengalis
22.0% 24.0% 38.2% 15.7%
Suku Saami
18.2% 54.6% 4.8% 12.4%
Pewarisan
Tabel pewarisan golongan darah kepada anak
Ibu/Ayah O A B AB
O O O, A O, B A, B
A O, A O, A O, A, B, AB A, B, AB
B O, B O, A, B, AB O, B A, B, AB
AB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB

Rhesus
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat mempengaruhi janin pada saat kehamilan.

Golongan darah lainnya
• Diego positif yang ditemukan hanya pada orang Asia Selatan dan pribumi Amerika.
• Dari sistem MNS didapat golongan darah M, N dan MN. Berguna untuk tes kesuburan.
• Duffy negatif yang ditemukan di populasi Afrika.
• Sistem Lutherans yang mendeskripsikan satu set 21 antigen.
• Dan sistem lainnya meliputi Colton, Kell, Kidd, Lewis, Landsteiner-Wiener, P, Yt atau Cartwright, XG, Scianna, Dombrock, Chido/ Rodgers, Kx, Gerbich, Cromer, Knops, Indian, Ok, Raph dan JMH.
Kecocokan golongan darah
Tabel kecocokan RBC
Gol. darah resipien Donor harus
AB+ Golongan darah manapun
AB- O- A- B- AB-
A+ O- O+ A- A+
A- O- A-
B+ O- O+ B- B+
B- O- B-
O+ O- O+
O- O-

Tabel kecocokan plasma

Resipien Donor harus
AB AB manapun
A A atau AB manapun
B B atau AB manapun
O O, A, B atau AB manapun

Menurut Landsteiner golongan darah Rh, ini termasuk keturunan (herediter) yang diatur oleh satu gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu R dan r. R dominan terhadap r sehingga terbentuknya antigen-Rh ditentukan oleh gen dominan R. Orang Rh+ mempunyai genotip RR atau Rr, sedangkan orang Rh- mempunyai genotip rr. Wiener menyatakan bahwa golongan darah Rh ditentukan oleh satu seri alel yang terdiri dari 8 alel. Hal ini didasarkan pada kenyataan tidak semua orang Rh+ mempunyai antigen-Rh yang sama dan begitu juga dengan orang Rh-. Kedelapan alel tersebut yaitu: (1) Rh+, alel-alelnya RZ , R1 , R2 , R0 dan (2) Rh-, alel-alelnya ry, r’, r”, r
Golongan darah MNSS
Ditemukan oleh Landsteiner dan Levine ( 1927). Darah yang disuntukkan ke tubuh kelinci.
Serrum immum yang terbentuk pada kelinci digunakan untuk mentest darah seseorang. Ternyata ada 2 macam agglutinogen manusia terhadap serum tersebut, yakni m\M, go;omgan darah N hanya mengandung agglutinogen N dan golongan darah MNmempunyai campuran agglutinogen M dan N.
Genotip LmLm menghasilkan agglutinogen M, bergolong darah M.
Genotip LmLn menghasilkan agglutinogen Mdan N, bergologongan darah MN.
Genotip LnLn menghasilkan agglutinogen N, bergolongan darah N.
Dua puluh tahun kemudian ditemukan lagi agglutinogen Sdan s yang terkait dengan agglutinogen M dan N dan di wariskan sebagai satu unit, sehingga disebur MNSs.
Gen – gen membentuk system ini adalah : LmS, LnS,Lms,Lms
Jadi golongan darah adalah :
MS,Ms,Ns,Ns,Msns,MSns,dan MsNs.
*Dari sistem ''MNS'' didapat golongan darah M, N dan MN. Berguna untuk tes kesuburan.